For the coming Ramadhan i would like to post a "cerpen" because it is in malay version. When the first time i read it somehow make me fell that there is no another day for me
Ku berjalan melintasi dunia dalam perjalanan panjangku
Tanah demi tanah
Setapak demi setapak
Hingga saat kulihat hutan yang teramat luas menghadang langkahku
Kuputuskan memasuki hutan itu untuk sejenak melepaskan lelahku dan menghilangkan lapar dan dahagaku
Di dalamnya kujumpai pohon besar dengan daunnya yang berwarna kelabu yang berdiri kokoh ditemani burung-burung kecil yang bermain riang diatas dahannya
“Hai bagaimana kabarmu hai pohon?, bolehkah aku beristirahat dibawah dahanmu yang rimbun dan memakan buahmu yang segar untuk menghilangkan laparku yang teramat sangat?”
“Jangan kau ganggu sepiku, hai manusia!, dan jangan harap kau duduk diatas akar-akarku terlebih lagi memakan buahku” jawabnya
“Mengapa?” tanyaku heran pada pohon itu
“Sudahlah pergi dengan segala kebodohanmu dan lanjutkan perjalananmu!”, jawabnya kembali
“Ya.. pergilah kau dan ganggu pohon kami!”, burung-burung kecil itu turut menimpali dengan kemarahan mereka kepadaku
Kuputuskan kembali melanjutkan perjalananku dan sampailah aku disebuah sungai kecil yang mengalir dengan percikan riaknya yang seolah tampak sedang menari-nari bersama bebatuan
Kusapa mereka “hai apa kabar wahai sungai kecil, bolehkah aku meminum airmu untuk meghilangkan dahagaku?”
“Pergi kau!, manusia sepertimu tak pantas meminum airku dan mencemarinya dengan segala kekotoran yang turut kau bawa bersamamu”, jawab sungai itu dengan kebenciannya kepadaku
“Ya pergilah kau!”, riak-riak sungai pun tak luput melontarkan sejuta penolakan atas kehadiranku
Dalam kebimbangan aku melangakahkan kakiku kembali
Seribu pertanyaan memenihi pikiranku…. MENGAPA ?
Namun tak satupun dapat kujawab
Selama ini aku merasa aku telah tahu segalanya
Telah kusinggahi seluruh penjuru negeri dalam pengembaraanku
Telah ku lalui semua setapak demi setapak dalam hidupku
Berkawan dengan kerikil-kerikil jalan dalam perjalananku
Bercanda dengan teriknya matahari
Bercengkrama dengan angin
Semua hikmah telah kujadikan makanan bagi jiwaku yang lapar
Semua kebijaksanan telah kujadikan air bagi dahagaku
Apakah itu semua belum cukup
“KATAKAN HAI LANGIT APAKAH ITU SEMUA BELUM CUKUP !”
Kutatap langit…
Bahkan mataharipun memalingkan wajahnya dariku seakan malu untuk memandangku
Langkahku kembali kuayunkan dalam kekecewaanku yang terdalam
Kuterus berjalan …. Berjalan… dan berjalan….
Hingga kulihat bayanganku sendiri diatas tanah ini
Sejenak ia menatapku lama seakan mengatakan sesuatu kepadaku
Dalam diamnya ia mengatakan sejuta kata untukku
Ya.. ia telah mengatakan semuanya dalam kebisuannya
Perjalananku tidaklah lain perjalanan menuju apa yang ku cari
Sedangkan akutidak tahu apa yang ku cari
Perjalananku adalah perjalanan menuju akhir tujuanku
Sedangkan aku tidak arah mana yang ku tuju
Aku merasa sudah tahu banyak
Padahal aku sama sekali tidak mengetahui apapun
Jiwaku tertunduk malu
Kutatap tanah demi tanah yang telah kupijak
Mereka semua berubah menjadi pekat
Dan akhirnya ku lepaskan alas kakiku
Karena apalah artinya berkawan dengan kerikil jikalau tak merasakan sakitnya
Kulepaskan topi jeramiku
Karena apalah artinya bercanda dengan teriknya matahari jika tak merasakan panasnya
Kulepaskan bajuku
Karena apalah artinya bercengkrama dengan angin jika tak merasakan dinginnya
Kuberlari telanjang ke segala penjuru arah karena setiap arah adalah tujuanku
Kubiarkan kerikil menusuk perih kaki telanjangku
Kubiarkan panasnya terik matahari menyengatku dalam peluhku
Kubiarkan dinginnya angin menyapa tubuh telanjangku sebagaimana saat aku dilahirkan
Dan kuterus berlari dan berlari
Dalam rasa lapar yang memberiku kebijaksanaan
Dalam rasa haus yang mengajarkanku akan arti berterima kasih
Hingga akhirnya kutemui akhir dari perjalananku
Sesaat sebelum aku mulai mencarinya…
Sambil nunggu buka puasa, 5 oktober 2006
0 comments: